Perempuan Serigala oleh Gary Ghaffuri: Kali Pertama Bisa Kembali Rampungkan Buku Sehari
- indahsalimin
- Mar 22, 2018
- 2 min read

Saat bertemu dengan sebuah karya yang sangat bagus, entah itu lagu, puisi, lawakan, atau sebuah cerita prosa, reaksi pertama Saya cenderung kesal. Kesal karena bukan Saya yang memiliki karya itu. Dan membaca cerita-cerita Mas Gary, Saya kesal berkali-kali.
Sebuah kalimat pembuka di cerita pertama, Perempuan Serigala, misalnya: ‘Mendung semuram istri yang hendak dimadu’. Wah, kampret sekali, kau, Mas Gary. Itu cuma satu contoh saja. Selanjutnya, di cerita-cerita lainnya, banyak ide-ide yang Saya sebel kenapa bukan datang kepada Saya yang suka menulis juga.
Ada tujuh cerita di buku kumpulan cerita pendek ini. Cerita pertama, yang sepertinya diunggulkan karena lantas dijadikan sampul buku, berjudul Perempuan Serigala. Saya tidak mau terlalu banyak membocorkan cerita, tapi intinya, cerita ini soal lelaki yang bisa melihat wujud binatang dalam diri masing-masing orang, sesuai dengan karakter orang tersebut. Ular bagi yang jahat, musang bagi yang licik, domba bagi yang wajar, dan serigala buat orang-orang terpilih yang punya jiwa berbahaya dalam dirinya (sempat bertanya-tanya, kira-kira spirit animal Saya apa, ya? Tapi kalau nanya ke warganet, jawabannya pasti sepakat: ular. Kampret, kalian.)
Enam cerita lainnya tidak kurang menarik. Termasuk salah satu cerita yang dari judulnya saja sudah tertebak kalau cerita ini bagus: Perbincangan Tidak Penting mengenai Cara Terbaik untuk Mati Bunuh Diri, Cara Bercinta di Luar Angkasa, Kate Upton, Cara Menyunat Wolverine dan Ilmu Rawa Rontek. Panjang? Memang. Tapi betul dugaan Saya, ceritanya ringan tapi segar. Lelucon-leluconnya, pemikiran-pemikirannya, menyenangkan sekali membacanya.
Yang membuat Saya semakin kesal, adalah plot twist yang menghantam di cerita penutup: Dua Orang Pencuri Buku. Bagi Saya pribadi, sebuah cerita yang bagus, adalah yang membuat Saya dapat memfilmkannya secara instan dalam kepala. Dan cerita soal Nina dan Dinar ini, seketika terproyeksi dalam imaji. Saya bisa melihatnya, seperti nyata, setiap sudut dari tempat yang jadi latar cerita. Nina dan Dinar, benar-benar hidup walau hanya dalam 14 halaman. Saya bisa membayangkan, seru sekali kalau cerita singkat ini berlanjut dibuat film, yang sudah sesuka hati Saya reka sendiri kelanjutannya.
Intinya, kalau ada yang bertanya buku apa yang sebaiknya dibaca, Perempuan Serigala akan Saya sebut pertama kali. Ringan, lucu, dan penuh kejutan.
Saya, yang beberapa waktu terakhir jarang merampungkan sebuah buku, menyelesaikan buku ini cuma dalam sehari. Benar-benar kampret.
Commentaires